Peter Jackson
Biografi Peter Jackson
Peter Jackson adalah seorang sutradara film
kelahiran Pukerua Bay, Selandia Baru, 31 Oktober 1961. Beberapa filmnya yang
terkenal di antaranya film trilogi Lord of the Rings, The
Hobbit, KING KONG, PHANTOM (1998), dan lain-lain.
Sementara itu, lewat film Lord of the Rings, ia berhasil meraih penghargaan Oscar untuk nominasi sutradara terbaik. Film yang diangkat dari buku karya J. R. R. Tolkien itu juga berhasil menjadi Best Picture, Best Adapted Screenplay Academy Awards. Selain itu, dari film tersebut, ia juga menerima penghargaan dari Academy Award, Golden Globe dan BAFTA.
Masa Kecil
Peter Robert Jackson lahir pada tanggal 31 Oktober
1961 di Wellington, Selandia Baru dan dibesarkan di kota pesisir di sekitar
Pukerua Bay. Ibunya, Joan, adalah seorang pekerja pabrik dan ibu rumah tangga,
dan ayahnya William (Bill) Jackson, adalah seorang pegawai upah. Keduanya
adalah imigran dari Inggris. Ayahnya adalah seorang veteran pada Perang Dunia
II. Saat masih kecil, Jackson sudah menjadi seorang maniak film. Jackson
dibesarkan pada masa film-film karya Ray Harryhausen dan serial televisi
inspirasi Thunderbirds dan Monty Python Flying Circus. Jackson telah lama
menyebutkan bahwa film King Kong (1933) adalah film favoritnya dan sekitar usia
sembilan tahun ia berusaha untuk melakukan pembuatan ulang film tersebut
menggunakan model stop-motionnya sendiri.
Pada Natal tahun 1969 orang tua Jackson
menghadiahkannya sebuah kamera 8mm, Sejak saat itu, ia jarang melepaskan
tangannya dari kamera tersebut. Pada tahun 1973 ia mulai membuat film sebuah
naratif, film pertama adalah film tentang Perang Dunia II yang dibuat bersama
dengan beberapa temannya. Bakatnya pada perfilman mulai terlihat, ia mulai
bereksperimen dengan efek khusus, misalnya simulasi tembakan dengan melubangi
seluloid.
Di sekolah, Jackson menyatakan tidak tertarik atau
tidak terampil dalam olahraga. Jackson tidak memiliki pendidikan formal dalam
pembuatan film, tetapi dia belajar tentang editing, efek khusus dan make-up
terutama melalui uji coba sendiri. Saat remaja, Jackson mengetahui karya
penulis JRR Tolkien setelah menonton The Lord of the Rings (1978), sebuah film
animasi yang disutradarai oleh Ralph Bakshi yang merupakan adaptasi dari
trilogi karya Tolkien. Ketika ia berusia 16 tahun , Jackson meninggalkan
sekolahnya dan mulai bekerja penuh waktu sebagai pencetak foto untuk sebuah
koran lokal. Selama 7 tahun dia bekerja di sana, Jackson tinggal di rumah
bersama orang tuanya sehingga ia bisa menghemat uang sebanyak mungkin untuk
membeli peralatan-peralatan film.
Film Berdurasi Penuh Pertama,
Diputar Perdana di Cannes
Jackson terus membuat film sepanjang masa mudanya dan
ia terus menabung hingga akhirnya setelah dua tahun bekerja, ia mampu untuk
membeli sendiri sebuah kamera film 16mm, sebuah alat yang memungkinkannya untuk
membuat film yang lebih berkualitas dan yang lebih profesional. Pada tahun 1983
ia memulai sebuah film pendek berdurasi sepuluh menit, yang berjudul “Roast of
the Day” namun pembuatannya berakhir, karena ide-ide segudang Jackson terus
berdatangan untuk menjadi sebuah film yang penuh dan berdurasi panjang .
Jackson kemudian mengatakan kepada Gillian Flynn dari
Entertainment Weekly, "Aku adalah seorang photolithographer di sebuah
koran di Wellington, tapi aku selalu ingin membuat film. Aku punya beberapa
teman, dan kami mulai syuting selama akhir pekan Kami butuh empat tahun. Aku
akhirnya memainkan dua karakter, karena aku kehabisan teman." Pada saat ia
sedang syuting proyek ini, dengan bantuan teman-temannya, ia didaftarkan pada
Komisi Film Selandia Baru (NZFC) untuk membantu keuangan yang dibutuhkan untuk
pasca produksi kerja. Namun semua orang yang bekerja pada film itu tidak ada
yang dibayar, sedangkan mengedit itu akan membutuhkan biaya lebih banyak
daripada yang Jackson dapatkan selama bekerja di “Evening Post”.
Satu-satunya
orang di NZFC yang mengapresiasi film itu Jim Booth, dan ia mendapatkan uang
yang cukup untuk membantu mendanai film itu hingga selesai. Film, itu
akhirnya diberi judul “Bad Taste” , yang ditayangkan perdana di Cannes
Film Festival, yang dimana para kritikus menyukainya dan film tersebut
dijual ke lebih dari 30 negara. Seorang kontributor di Situs VH1 menyebutkan
Bad Taste sebagai "Perkelahian yang menjijikkan namun menyenangkan
yang benar-benar sesuai dengan judulnya. Sebuah komedi horor asing yang
mempersembahkan porsi yang hampir belum pernah terjadi sebelumnya yang
memyajikan darah, pemotongan anggota tubuh, dan kanibalisme yang luar
biasa". Selain mendapatkan kepuasan dari kesuksesan filmnya, yang lebih
penting, juga memungkinkannya untuk menjadi pembuat film full-time. Bahkan,
setelah kesuksesan film tersebut, Booth meninggalkan NZFC dan bergabung dengan
Jackson untuk memulai membuat sebuah perusahaan produksi film, Wingnut Films.
Film karya Jackson berikutnya, Meet the Feebles,
telah digambarkan sebagai film muppet yang sukses. Selanjutnya Braindead,
sebuah film zombie yang dirilis secara internasional dan menerima banyak pujian
dan banyak penghargaan, yang pada akhirnya telah memberikan energi terhadap
karir Jackson. Braindead juga membawa Selandia Baru menjadi perhatian
produser film keenam dalam serial "Nightmare on Elm Street".
Jackson menghabiskan banyak waktu untuk mengerjakan sebuah naskah untuk film
seri, tapi pernah ia sudah mengerjakan naskah lama lalu pada saat ia
menyampaikan ke studio, film itu sudah di produksi, dengan naskah dari orang
lain. Meski kecewa, Jackson tetap bertekad untuk menjadi sukses. Berbeda dengan
karirnya yang mengalami pasang surut, kehidupan pribadinya justru maju pada
tahun 1987 ketika akhirnya ia menikah dengan Frances Walsh. Pasangan itu
kemudian memiliki dua anak: Billy dan Katie, dan Jackson dilaporkan menulis
skenarionya bekerja sama dengan istrinya.
Heavenly Creatures Mendapat
Penghargaan di Venice dan Toronto Film Festival
Film Jackson berikutnya sama sekali berbeda dari apa
yang telah dia buat sebelumnya. Bukan lagi menampilkan adegan gore dan
efek, ia fokus pada psikologi dalam film thriller Heavenly Creatures,
cerita didasarkan pada kisah nyata yang menceritakan dua orang gadis yang
memiliki hubungan yang sangat obsesif. Gadis-gadis itu, hidup di dunia fantasi
yang mereka buat sendiri, kemudian mereka memutuskan untuk membunuh salah satu
dari ibu mereka karena perempuan itu berusaha untuk memisahkan mereka.
Cover Film Heavenly
Creatures
|
Selain film ini memiliki karakteristik sisi gelap
lebih dari film-film Jackson lainnya, film ini juga mengandung unsur
kemanusiaan yang kurang dari film-film sebelumnya. Heavenly Creatures
adalah film yang membuat karir aktris Kate Winslet meroket, sedangkan Jackson
dinominasikan untuk Academy Award bersama dengan istrinya, Frances Walsh, untuk
Skenario Terbaik, dan memenangkan penghargaan di festival film Venice dan
Toronto.
Film Jackson berikutnya adalah The Frighteners,
dibintangi Michael J. Fox sebagai Frank Bannister, seorang penyelidik psikis.
Entertainment Weekly menggambarkan film itu sebagai “Film yang cerdas, cerdik,
seseorang menyamar sebagai seorang yang bodoh, salah satu film terbaik”. Film
ini diterima dengan baik dan membantu Jackson lebih dikenal sebagai pembuat
film dan sutradara.
Menangani Film Epic, Lord of The
Rings
Ketika diumumkan bahwa Jackson, raja film horor yang
mengerikan, akan menyutradarai trilogi Lord of the Rings , banyak yang
terkejut. Sudah ada beberapa usulan untuk film-film Hollywood, termasuk salah
satu saran untuk menyingkat semua tiga buku dalam satu film, ada juga yang
menyarankan untuk membuat dua film dari tiga buku dari karya klasik Tolkien.
Akhirnya produser memutuskan untuk memfilmkan tiga bagian film, satu buku satu
film, dan merilis ketiga film tersebut selama rentang tiga tahun. Film tersebut
memakan waktu 15 bulan untuk pembuatannya, para pemain pindah ke Selandia Baru
untuk syuting yang panjang dan bisa lebih memahami karakter mereka.
Jackson ingin memfilmkan ketiga bagian cerita itu
bersama-sama sehingga para pemain dan orang lain yang bekerja di film akan
merasa bahwa film ini adalah satu cerita. Film tersebut dibintangi Elijah Wood
sebagai Frodo, bersama dengan Cate Blanchett, Viggo Mortensen, Christopher Lee,
Liv Tyler, Sean Astin, Sean Bean, Orlando Bloom, Billy Boyd, Ian Holm, Dominic
Monaghan, John Rhys-Davies, Hugo Weaving, Miranda Otto , Karl Urban, Sir Ian
McKellen, dan banyak lagi.
Richard Alleva menulis dalam Commonweal bahwa The
Lord of the Rings "mungkin atau mungkin tidak memuaskan para pecinta
prosa epik karya JRR Tolkien, tapi itu adalah anugerah untuk orang seperti
saya. Film ini tidak hanya merupakan adaptasi melainkan sebuah kudeta. Jackson,
master technomagic dan Generalissimo dari seribu teknisi dan aktor, telah
membuat karya Tolkien menjadi epik, segar, dan menyenangkan".
Peter Jackson
saat memenangkan Piala Oscar untuk
kategori Sutradara Terbaik dalam film The Return of The King |
Ketiga film tersebut sangat dikagumi dan masing-masing
dari film memenangkan banyak penghargaan. The Fellowship of the Rings
memenangkan empat Academy Awards dan dinominasikan untuk sembilan penghargaan
lainnya, termasuk Best Picture, Best Writer, dan Sutradara Terbaik. The Two
Towers memenangkan dua Academy Awards dan dinominasikan untuk empat
penghargaan lainnya, termasuk Best Picture. Beberapa orang terkejut karena film
kedua tidak menerima lebih banyak penghargaan, tapi mereka berpikir bahwa
alasan film kedua memperoleh penghargaan yang lebih sedikit adalah karena pada
saat itu orang-orang sedang menantikan film terakhir yang pastinya akan sangat
menakjubkan.
Dan benar saja. Seperti yang dikatakan Entertainment
Weekly, "Luar biasa The Lord of the Rings: The Return of the King.
Saya tidak bisa membayangkan trilogi film lain bisa berakhir luar biasa seperti
itu." The Return of the King dinominasikan untuk 11 Academy Awards
dan memenangkan semuanya, berdampingan dengan Ben Hur dan Titanic
untuk sebagian Academy Awards yang dimenangkan oleh satu film. Jackson
memenangkan penghargaan Sutradara Terbaik untuk The Return of the
King dan film tersebut memenangkan Best Picture. Ketiga film tersebut
meraup keuntungan hampir $3 miliar.
Menatap Masa Depan dengan King Kong
Menyusul keberhasilan The Return of the King,
banyak yang penasaran untuk melihat apa yang akan dilakukan selanjutnya oleh
Jackson. Pada tahun 2005 dia mengerjakan sebuah remake dari sebuah film klasik
tahun 1933, King Kong, ia berhutang karena film tersebut telah
menginspirasinya untuk menjadi seorang pembuat film pertama kali. Jeff Giles
mewawancarai direktur Newsweek dan menjelaskan: "Jackson berharap
untuk membawa mitos Kong ke generasi yang alergi terhadap film hitam-putih,
orang-orang yang tidak mengetahui King Kong dengan Godzilla karena tidak pernah
melihat aslinya."
Diterjemahkan
dari:
Film Film Karya Peter Jackson
1. Bad Taste
Film Panjang pertama dari peter jackson ini dibuat
untuk mewujudkan impiannya semasa kecil dan semasa mudanya yaitu membuat sebuah
film karya dirinya sendiri Pada saat ia sedang syuting proyek ini, dengan
bantuan teman-temannya, ia didaftarkan pada Komisi Film Selandia Baru (NZFC)
untuk membantu keuangan yang dibutuhkan untuk pasca produksi kerja. Namun semua
orang yang bekerja pada film itu tidak ada yang dibayar, sedangkan mengedit itu
akan membutuhkan biaya lebih banyak daripada yang Jackson dapatkan selama
bekerja di “Evening Post”.
Satu-satunya orang di NZFC yang
mengapresiasi film itu Jim Booth, dan ia mendapatkan uang yang cukup untuk
membantu mendanai film itu hingga selesai. Film, itu akhirnya diberi
judul “Bad Taste” , yang ditayangkan perdana di Cannes Film Festival,
yang dimana para kritikus menyukainya dan film tersebut dijual ke lebih dari 30
negara.
2. Meet the Feebles
Film kedua jackson yang digambarkan dalam sebuah
makhluk muppet Meet the Feebles adalah sebuah film komedi
hitam Selandia Baru tahun 1989. Film ini pun mendapat kesuksesan yang sama.
3. Braindead
Film selanjutnya Braindead, sebuah film zombie yang dirilis secara internasional dan menerima banyak
pujian dan banyak penghargaan, yang pada akhirnya telah memberikan energi
terhadap karir Jackson. Sejak awal jackson memang sudah terkenal dengan
spesialisasinya dalam make up horor atau efek efek horor yang menjijikan yang
penuh dengan lumuran darah.
4. Heavenly Creatures
Film Jackson berikutnya sama sekali berbeda dari apa
yang telah dia buat sebelumnya. Bukan lagi menampilkan adegan gore dan
efek, ia fokus pada psikologi dalam film thriller Heavenly Creatures,
cerita didasarkan pada kisah nyata yang menceritakan dua orang gadis yang
memiliki hubungan yang sangat obsesif. Gadis-gadis itu, hidup di dunia fantasi
yang mereka buat sendiri, kemudian mereka memutuskan untuk membunuh salah satu
dari ibu mereka karena perempuan itu berusaha untuk memisahkan mereka. Selain
film ini memiliki karakteristik sisi gelap lebih dari film-film Jackson
lainnya, film ini juga mengandung unsur kemanusiaan yang kurang dari film-film
sebelumnya.
5. The
Frighteners
Dibintangi Michael J. Fox sebagai Frank Bannister,
seorang penyelidik psikis. Entertainment Weekly menggambarkan film itu sebagai
“Film yang cerdas, cerdik, seseorang menyamar sebagai seorang yang bodoh, salah
satu film terbaik”. Film ini diterima dengan baik dan membantu Jackson lebih
dikenal sebagai pembuat film dan sutradara.
6. Trilogi The Lord of the Rings
Ketika diumumkan bahwa Jackson, raja film horor yang
mengerikan, akan menyutradarai trilogi Lord of the Rings , banyak yang
terkejut.
Jackson ingin mensutradarai film ini karna ia masih
teringat akan film lord of the rings versi kartun terdahulu pada tahun 1978
yang ditontonnya saat dia kanak kanak dan ingin membuat versi aslinya dengan
cirikhas gore dari dirinya.
Sudah ada
beberapa usulan untuk film-film Hollywood, termasuk salah satu saran untuk
menyingkat semua tiga buku dalam satu film, ada juga yang menyarankan untuk
membuat dua film dari tiga buku dari karya klasik Tolkien. Akhirnya produser
memutuskan untuk memfilmkan tiga bagian film, satu buku satu film, dan merilis
ketiga film tersebut selama rentang tiga tahun. Film tersebut memakan waktu 15
bulan untuk pembuatannya, para pemain pindah ke Selandia Baru untuk syuting
yang panjang dan bisa lebih memahami karakter mereka.
Jackson ingin memfilmkan ketiga bagian cerita itu
bersama-sama sehingga para pemain dan orang lain yang bekerja di film akan
merasa bahwa film ini adalah satu cerita. Film tersebut dibintangi Elijah Wood
sebagai Frodo, bersama dengan Cate Blanchett, Viggo Mortensen, Christopher Lee,
Liv Tyler, Sean Astin, Sean Bean, Orlando Bloom, Billy Boyd, Ian Holm, Dominic
Monaghan, John Rhys-Davies, Hugo Weaving, Miranda Otto , Karl Urban, Sir Ian
McKellen, dan banyak lagi.
Richard Alleva menulis dalam Commonweal bahwa The
Lord of the Rings "mungkin atau mungkin tidak memuaskan para pecinta
prosa epik karya JRR Tolkien, tapi itu adalah anugerah untuk orang seperti
saya. Film ini tidak hanya merupakan adaptasi melainkan sebuah kudeta. Jackson,
master technomagic dan Generalissimo dari seribu teknisi dan aktor, telah
membuat karya Tolkien menjadi epik, segar, dan menyenangkan".
7. King Kong
Pada tahun 2005 dia mengerjakan sebuah remake dari
sebuah film klasik tahun 1933, King Kong, ia berhutang karena film
tersebut telah menginspirasinya untuk menjadi seorang pembuat film pertama
kali. Jeff Giles mewawancarai direktur Newsweek dan menjelaskan:
"Jackson berharap untuk membawa mitos Kong ke generasi yang alergi
terhadap film hitam-putih, orang-orang yang tidak mengetahui King Kong dengan
Godzilla karena tidak pernah melihat aslinya."
Daftar Pustaka:
Comments
Post a Comment