8 CARA MENULIS NASKAH AUDIO VISUAL
Produksi sebuah program video dan televisi selalu dimulai
dari ide atau gagasan yang kemudian dituangkan kedalam sebuah naskah atau script.
Naskah merupakan sebuah landasan yang diperlukan untuk membuat sebuah program video
dan televisi apapun bentuknya. Penulisan sebuah naskah program video dan
televisi yang didasarkan pada sebuah ide biasanya mempunyai tujuan yang
spesifik yaitu :
- Memberi
informasi (to inform)
- Memberi
inspirasi (to inspire)
- Menghibur
(to entertain)
- Propaganda
Tulisan ini akan membahas tentang bagaimana menulis sebuah
naskah program televisi yang mencakup langkah-langkah yang perlu ditempuh,
bentuk naskah, format program dan cara-cara penulisan naskah. Sebelum
mempelajari lebih jauh tentang penulisan naskah program video, Anda terlebih
dahulu perlu mengetahui fungsi naskah.
FUNGSI NASKAH
Sebuah naskah mempunyai peran sentral dalam produksi sebuah
program video dan televisi. Fungsi naskah dalam produksi program video dan
televisi adalah sebagai berikut:
- Konsep
dasar (basic concept)
- Arah
(direction)
- Acuan
(reference)
Sebuah naskah adalah ide dasar yang diperlukan dalam sebuah
produksi program video. Kualitas sebuah naskah sangat menentukan hasil akhir
dari sebuah program. Sebuah naskah pada umumnya berisi gambaran atau deskripsi
tentang pesan atau informasi yang disampaikan seperti alur cerita, karakter
tokoh utama, dramatisasi, peran/figuran, setting, dan property atau segala hal
yang berkaitan dengan pembuatan sebuah program video dan televisi.
Sebuah naskah pada umumnya diganakan sebagai dokumen yang
dapat mengarahkan sutradara dan kerabat kerja (crew) dalam bekerja
menyelesaikan produksi program video. Naskah sebuah program video berisi
beberapa informasi tentang adegan yang melibatkan aktor, setting dan property.
Sutradara dan kerabat kerja perlu mematuhi isi dan alur cerita yang terdapat
dalam sebuah naskah
Sebuah naskah dapat digunakan sebagai referensi oleh
sutradara dan kerabat kerja untuk mewujudkan sebuah ide atau gagasan menjadi
sebuah progam video yang komunikatif. Semua upaya kreatif dalam produksi dari
sutradara dan kerabat kerja harus mengacu kepada sebuah naskah.
LANGKAH-LANGKAH
PENULISAN NASKAH
Langkah penulisan sebuah program video biasanya terdiri dari
serangkaian kegiatan yaitu :
- Merumuskan
ide
- Riset
- Penulisan
outline
- Penulisan
sinopsis
- Penulisan
treatment
- Penulisan
naskah
- Reviuw
naskah
- Finalisasi
naskah
Ide sebuah cerita yang akan dibuat menjadi program video dan
televisi dapat diambil dari cerita yang sesungguhnya (true story) atau
non fiksi dan rekaan atau fiksi. Banyak sekali sumber ide yang dapat dijadikan
inspirasi untuk menulis sebuah script video dan televisi. Misalnya,
novel, cerita nyata, dan lain-lain. Film JFK merupakan contoh film
yang digali dari peristiwa terbunuhnya salah seorang presiden termuda di
Amerika Serikat. Oliver Stone, penulis sekaligus sutradara menggunakan
banyak sumber informasi untuk membuat film tersebut sehingga dapat bertutur
secara objektif.
Riset sangat diperlukan setelah Anda telah menemukan sebuah
ide yang akan dibuat menjadi sebuah program. Riset dalam konteks ini adalah
suatu upaya mempelajari dan mengumpulkan informasi yang terkait dengan naskah
yang akan ditulis. Sumber informasi dapat berupa buku, koran atau bahan
publikasi lain dan orang atau narasumber yang dapat memberi informasi yang
akurat tentang isi atau substansi yang akan ditulis.
Setelah memahami hasil riset atau informasi yang terkumpul,
anda dapat membuat kerangka atau outline dari informasi yang akan Anda
tuangkan menjadi sebuah script. Outline pada umumnya berisi garis besar
informasi yang akan Anda akan tulis menjadi sebuah script.
Langkah selanjutnya adalah membuat sinopsis atau deskripsi
singkat mengenai program yang akan Anda tulis. Sinopsis dan outline akan
membantu memfokuskan perhatian Anda pada pengembangan ide yang telah Anda pilih
sebelumnya. Penulisan sinopsis harus jelas sehingga dapat memberi gambaran
tentang isi program video atau televis yang akan kita buat.
Menulis naskah harus didasarkan pada rencana yang telah
dibuat yang meliputi outline, synopsis dan treatment. Seorang penulis
harus memiliki kreatifitas dalam mengembangkan treatment menjadi sebuah naskah.
Treatment yang ditulis dengan baik merupakan fondasi yang kokoh yang
diperlukan untuk menulis sebuah naskah. Sebuah treatment harus berisi
deskripsi yang jelas tentang lokasi,waktu, pemain, adegan dan property yang
akan direkam ke dalam program video. Treatment juga menggambarkan
tentang sistematika atau sequence program video atau televisi yang akan
diproduksi.
Penulisan sebuah naskah harus didasarkan pada treatment
yang dibuat. Walaupun dalam menulis naskah penulis dapat melakukan perubahan,
tapi sebaiknya perubahan yang dilakukan tidak merupakan perubahan yang bersifat
substantif. Perubahan sebaiknya bersifat kreatif dan tidak mengubah substansi
program. Oleh karena itu treatment harus kokoh dan jelas. Dalam menulis Penulis
harus memperhatikan kaidah-kaidah penulisan naskah yang benar.
Draf naskah yang telah selesai ditulis perlu ditelaah untuk
melihat kebenaran substansinya dan juga cara penyampaian pesannya. Draf naskah
harus ditelaah oleh orang yang mengerti substansi isi program (content
expert) dan ahli media (media specialist).
Finalisasi naskah merupakan langkah akhir sebelum naskah
diserahkan kepada produser dan sutradara untuk diproduksi. Naskah final
merupakan hasil revisi terhadap masukan-masukan yang diberikan oleh content
expert dan ahli media.
BENTUK
PROGRAM
Bentuk program dapat diartikan sebagai suatu pendekatan yang
digunakan untuk menyampaikan informasi atau isi program kepada pemirsa (audience).
Bentuk program yang digunakan untuk menayangkan program video dan televisi
sangat beragam yaitu:
- Drama
- Dokumenter
- Talk show
- Demo
- Musikal
- Quiz
- Features
Drama
Inti dari sebuah program video dan televisi bebentuk drama
adalah adanya konflik dari orang – orang yang terlibat (pelaku) di dalamnya.
Program berbentuk drama biasanya dimulai dengan mengenalkan karakter dari orang
– orang yang terlibat di dalamnya yang kemudian diikuti dengan konflik yang
dibangun secara dramatik yang melibatkan para pelaku tersebut. Konflik ini
biasanya diselesaikan pada akhir cerita. Penyelesaian konflik pada akhir cerita
dapat berupa happy ending atau sebaliknya.
Dokumenter
Dokumenter adalah program yang bercerita tentang suatu
peristiwa yang telah berlangsung sebelumnya. Contoh film dokudrama yang kita
kenal adalah Pengkhianatan G-30S PKI yang digarap oleh sutradara Arifin
C. Noer, Pearl Harbour karya Jerry
Bruckheimer dan JFK yang ditulis dan disutradarai oleh Oliver
Stone. Film tersebut merupakan contoh – contoh film yang dikemas
dengan menggunakan bentuk dokumenter.
Talk Show
Program talk show adalah program yang menampilkan
pembicara, biasanya lebih dari satu orang, untuk membahas suatu thema
atau topik tertentu. Program dengan format talk show biasanya dipandu
oleh seorang moderator. Agar program talk show dapat menarik perhatian
audience maka pembicara yang terlibat di dalam program harus memiliki
latar belakang yang berlainan, pro dan kontra, terhadap topik yang dibahas.
Demo
Contoh program berbentuk demo adalah program masak memasak
atau membuat kue dan tip otomotif. Program demo biasanya membahas resep atau
cara yang dipraktekan secara procedural - tahap demi tahap. Melalui program
berbentuk demo, pemirsa dapat mempelajari dan menerapkan suatu keterampilan (skill).
Musikal
Program musikal merupakan program yang menampilkan acara
musik dan tarian sebagai hiburan. Tentunya Anda sering melihat program musikal
yang ditayangkan di stasiun televisi. Banyak kemasan program yang digunakan oleh
produser televisi untuk menayangkan program musikal. MTV program
misalnya selalu menayangkan klip-klip video musik dari penyanyi terkenal untuk
pemirsa kaum muda.
Quiz
Bentuk program lain yaitu quiz. Saat ini kita dapat
melihat banyak sekali program TV yang berbentuk quiz. Program
berbentuk quiz biasanya berisi tantangan yang melibatkan pesertanya
atau bahkan pemirsa untuk menjawab tantangan tersebut. Peserta yang berhasil
menjawab tantangan akan memperoleh reward (hadiah) sebagai imbalan.
Contoh program berbentuk quiz yang sangat dikenal yaitu Berpacu
dalam melodi yang mengharuskan kontestan atau peserta menebak judul atau
pencipta sebuah lagu berdasarkan penggalan nada yang dimainkan. Sekarang ini
banyak quiz interaktif yang memeneri kesempatan audience
terlibat langsung dengan program yang ditayangkan.
Features
Features merupakan program yang berisi segmen-segmen
yang dikemas dalam bentuk penyajian yang bervariasi. Sebuah
program berbentuk features biasanya membahas suatu topik yang menarik
dengan menggunakan beberapa bentuk penyajian atau pendekatan program.
BENTUK
NASKAH
Bentuk naskah dapat diklasifikasikan berdasarkan kelengkapan
informasi yang terdapat didalamnya yaitu:
- Kerangka
naskah (Rundown script)
- Semi
naskah (Semi script)
- Naskah
penuh (Full script)
Rundown script adalah naskah yang berisi hanya garis
besar (outline) dari informasi yang akan disampaikan kepada pemirsa.
Sebuah rundown script pada umumnya memerlukan improvisasi dari
presenter atau ahli (expert) yang akan muncul didalam program. Semi
script adalah naskah yang sudah lebih rinci dari pada rundown script.
Sedangkan full script adalah adalah naskah yang berisi informasi
lengkap dan rinci tentang program yamg akan diproduksi. Dalam sebuah full
script terdapat informasi yang rinci tentang pelaku, adegan. Setting dan
property.
TATA ISTILAH DALAM
PENGAMBILAN GAMBAR
Bagi anda yang
melakukan kegiatan penulisan Naskah Video terdapat istilah-istilah dalam
penulisan Naskah tersebut yang akan membantu anda dalam proses produksi Video.
Gambar atau aspek
visual dari suatu programVideo yang tampak di layar kaca monitor adalah hasil
dari serangkaian pengambilan gambar atau shooting dalam kegiatan dalam
produksi.
Berbagai jenis
shot yang perlu dikuasai adalah sebagai berikut:
Jenis
Shot
|
Penulisan
dan Keterangan singkat
|
Visualisasi
|
Long
Shot
(LS)
|
LS. Untuk pengambilan gambar
keseluruhan. Bila Objeknya orang maka seluruh tubuh dan latar belakang akan
tampak semua.
|
![]() |
Wide
Shot/Angle (WS/WA)
|
WS/WA. Hasilnya seperti
LS.hasilnya bagian tepi berkesan Lengkung.
|
![]() |
Medium
Long Shot (MLS)
|
MLS. Disebut juga knee Shot. Blia
Objeknya orang maka yang tampak hanya dari kepala sampai lutut. Bagian
belakang terlihat rinci.
|
![]() |
Medium
Shot
(MS)
|
MS.Hanya dari kepala sampai
lutut. Bagian latar belakang terlhat rinci.
|
![]() |
Medium
Close up/ Shot
Close
up/Shot (CU/CS)
|
Sering disebut Chest/Bust Shoot.
Untuk objek
Orang bila benda tampak
keseluruhan bagiannya.
CU/CS. Untuk orang hanya tampak
bagian wajahnya.Benda-benda tampak jelas bagian-bagiannya.
|
![]() ![]() |
Big
Close Up/Shot
Group
Shot
Two
Shot
|
BCU/BCS.
Sering disebut Very CloseUp
(VCU).Bila objeknya orang hanya bagian tertentu yang terlihat, seperti mata
dengan bagian-bagian yang terlihat jelas.
Group S.pengambilan gambar untuk
sekelompok orang (bila objeknya gambar orang)
2-Shot /2S. Bila Objeknya orang,
Pengambilan difokuskan kepada dua orang.
|
![]() ![]() ![]() |
Over
Shoulder Shot
|
OSS.Biasanya digunakan untuk
meliputi. Dua orang yang sedang bercakap-cakap. Pengambilannya melalui
belakang bahu (membelakangi kamera ) secara bergantian.
|
![]() |
Dari tabel
jenis-jenis pengambilan gambar tersebut dapat ditambahkan beberapa catatan
sebagai berikut.
1.
Pada dasarnya media televise adalah media close up maka efektivitas penyampaian
pesan adalah dengan menggunakan lebih banyak jenis-jenis shot close.
2.
Long shot
apalagi Extreme Long shot sebaiknya
tidak digunakan karena kamera televisi berbeda dengan kamera film. Untuk
menciptakan suatu awal pengambilan sebagai informasi tentang lokasi dan setting
kejadian dapat digunakan MLS.
3.
MCU, MS, dan
MLS adalah jenis pengambilan gambar
yang mempunyai karakteristik untuk menimbulkan kesan tenang dan santai.
4.
BCU
dan GU adalah jenis pengambilan
gambar yang cepat memberi kesan tegang, bersungguh-sungguh, serius, dan takut.
Jenis pengambilan gambar tersebut dihasilkan
atas arahan sutradara kepada juru kamera pada waktu shooting. Visualisasi yang
dihasilkan merupakan hasil pengoperasian kamera dengan memanipulasi lensa.
Prosedur
Pengembangan Media Video Pembelajaran
Saat
ini banyak kita temukan media video pembelajaran. Pembuatan media ini tidaklah terlalu sulit, yang penting
ada kemauan dan semangat untuk berkarya. Hampir setiap orang dapat membuat
media video pembelajaran, yang membedakan yaitu kualitas dan kebermanfaatan
dari hasilnya. Untuk membuat
media video pembelajaran secara umum ada tiga tahap yaitu:
a.
Praproduksi
Tahap praproduksi melalui tahap yang
panjang dan menentukan keberhasilan pada tahap selanjutnya. Tahap ini merupakan
perencanaan dari kegiatan selanjutnya dan hasil yang akan dicapai. Tahap ini
meliputi:
·
Penentuan
Ide/Eksplorasi Gagasan
·
Penyusunan
Garis Besar Isi Media Video (GBIMV)
·
Penyusunan
Jabaran Materi Media Video (JMV)
·
Penyusunan
Naskah
·
Pengkajian
Naskah
Hasil akhir dari tahap praproduksi yaitu naskah video
pembelajaran yang telah disetujui oleh pengkaji dan dinyatakan kebenarannya,
sehingga naskah tersebut laik produksi.
1. Penentuan
Ide/Eksplorasi Gagasan
Untuk memulai suatu karya
apapun dimulai dengan sebuah ide/gagasan. Demikian juga pembuatan media video
pembelajaran. Untuk menemukan ide, dapat dari mana saja, misalnya pengalaman
mengajar di kelas, lingkungan, permasalahan, buku, siaran TV, siaran radio, surat kabar, dan lain
sebagainya.
Khusus pembuatan media
video/televisi pembelajaran sebaiknya ide diambil dari kurikulum yang berlaku
saat itu. Misalnya media tersebut akan digunakan oleh siswa SD/SMP/SMA, maka
idenya sebaiknya dari kurikulum SD/SMP/SMA, sesuai sasaran yang akan memakai
media tersebut.
Kurikulum
di sini merupakan acuan utama di dalam pemilihan kompetensi yang akan diajarkan
kepada siswa melalui media video/televisi. Di dalam penelaahan kurikulum harus
dilakukan oleh guru dan dikaji oleh ahli materi dan ahli media. Guru yang
menelaah harus sesuai dengan materi yang diajarkan dan sesuai dengan
jenjangnya. Maksudnya materi SD harus ditelaah oleh guru SD, materi SMP oleh
guru SMP, dan seterusnya.
Peranan ahli materi adalah untuk menjaga
agar materi tetap harus benar dan sesuai dengan sasaran tidak lebih dan tidak
kurang. Di samping itu ahli materi juga harus menginformasikan perkembangan
ilmu tersebut yang terkini. Sedangkan ahli media harus mengkaji agar di dalam
pemilihan materi yang akan diangkat ke dalam media video/televisi sesuai dengan
karakteristik media tersebut, karena tidak semua materi yang ada di kurikulum
dapat dibuat ke dalam media video/televisi secara menarik. Dengan demikian ahli
media harus menjaga agar nantinya setelah materi tersebut dibuat dalam media
video/televisi menarik untuk dilihat
siswa dan menambah pengetahuan.
Di dalam penelaahan kurikulum ini
biasanya untuk seluruh media dan hasilnya disebut Pola Dasar Kegiatan Belajar
Mengajar (PDKBM). PDKBM merupakan acuan tahapan selanjutnya yaitu penyusunan
GBIM.
Langkah-langkah pembuatan PDKBM yaitu,
pertama semua kompetensi dan indikator untuk satu jenjang harus masuk, kemudian
untuk mencapai kompetensi tersebut diperlukan indikator apa saja. Dari
indikator inilah akan ditentukan media yang akan dipakai dalam pembelajaran
selama satu tahun atau satu jenjang. Media yang biasa digunakan yaitu media cetak, video,
audio, presentasi, multimedia, dan internet.
Contoh
PDKBM:
POLA DASAR KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR
(PDKBM)
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas :
7 (1 SMP)
No
|
Standar Kompetensi
|
Kompetensi Dasar
|
Indikator
|
Media
|
Pustaka
|
||||
C
|
A
|
V
|
M
|
I
|
|||||
1
|
Siswa mampu mengemukakan pendapat dalam berbagai kesempatan secara lisan
dan tertulis.
|
Siswa mampu mengemukakan pendapatnya dalam berbagai
kesempatan dalam bentuk lisan dan tulisan.
|
- Siswa mampu berbicara di depan umum
- Siswa mampu menulis surat
|
v
v
|
v
|
v
v
|
v
|
v
|
Penulis, tahun, judul, penerbit, kota.
|
2. Analisis Sasaran
Dalam proses komunikasi, agar komunikasi berjalan dengan
lancar, kita perlu mengenali sasaran dengan baik. Untuk mengenali sasaran dapat
dilihat dari psikologis. Dari aspek ini dilihat berkaitan, antara lain:
·
Usia
(Paud, anak, remaja, umum)
·
Pengalaman
·
Pendidikan
(Formal, informal, atau nonformal)
·
Ekonomi
(bawah, menengah, atau atas)
·
Geografi
(kota besar, kota kabupaten, pinggiran, pedesaan, pegunungan, pantai, dsb).
3. Penyusunan Garis Besar Isi Media Video (GBIMV)
Di dalam PDKBM sudah tampak jelas standar kompetensi,
kompetensi dasar, indikator, serta jenis media yang akan dikembangkan untuk
mencapai pembelajaran selama periode tertentu. Dalam PDKBM tersebut juga sudah
ditentukan ada jenis media video/televisi, sehingga standar kompetensi,
kompetensi dasar, serta indikator tersebut dipilih untuk dikembangkan menjadi
media video, sedangkan media lain dikembangkan lain waktu.
Penyusunan Garis Besar Isi Media (GBIM) untuk media video
dilakukan oleh guru dan dikaji oleh ahli materi dan ahli media. Ahli materi
mengkaji kebenaran dan kecukupan materi, sedangkan ahli media mengkaji
kemenarikan materi tersebut untuk divideokan. GBIM merupakan acuan tahapan
selanjutnya dalam penyusunan JM.
Contoh
GBIM:
GARIS BESAR ISI MEDIA VIDEO
(GBIMV)
Mata
Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas : 7 (1 SMP)
NO
|
Kompetensi Dasar
|
Indikator
|
Materi Pokok
|
Penerapan Konsep
|
Topik/
Judul
|
Pustaka
|
1
|
Siswa mampu mengemukakan pendapatnya dalam berbagai kesempatan dalam
bentuk lisan dan tulisan.
|
- Siswa mampu berbicara di depan umum
|
Cara berbicara di depan umum
|
Berpidato pada rapat
|
Pidato
|
Penulis, tahun, judul, penerbit, kota.
|
4. Penyusunan Jabaran Materi (JM)
Setelah GBIM selesai disusun, maka langkah selanjutnya
yaitu penyusunan Jabaran materi (JM). JM disusun oleh guru dan dikaji oleh ahli
materi dan ahli media. Di dalam JM harus diuraikan secara lengkap materi yang
akan diangkat dalam media video serta aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari
bagi siswa. Pemilihan aplikasi ini harus disesuaikan dengan lingkungan siswa.
Salah dalam pemilihan aplikasi akan menyebabkan materi tersebut sulit dipahami
oleh siswa.
Contoh
JM:
JABARAN MATERI MEDIA VIDEO (JMV)
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas :
7 (1 SMP)
NO
|
Kompetensi
|
Indikator
|
Topik/ Judul
|
Uraian
Materi
|
Penerapan Konsep
|
Pustaka
|
|
1
|
Siswa mampu mengemukakan pendapatnya dalam berbagai kesempatan dalam
bentuk lisan dan tulisan.
|
-
Siepan
umum
|
Pidato
|
Cara berbicara di depan umum:
ketika kita berbicara di depan umum kita harus memperhatikan: kepada
siapa kita berbicara, di mana, kapan, dalam situasi apa, dan berbicara
masalah apa?
|
Berpidato pada rapat
|
Penulis, tahun, judul, penerbit, kota.
|
|
5. Penulisan Naskah
Setelah JM selesai disusun, langkah selanjutnya yaitu
penulisan naskah. Naskah disusun oleh orang yang dianggap mampu untuk menulis
naskah. Seseorang dianggap mampu menulis naskah salah satu syaratnya yaitu
pernah mengikuti pelatihan penulisan naskah video/televisi pembelajaran dan
dinyatakan lulus, atau pernah menulis naskah video/televisi lain dan
diproduksi.
Tahapan yang harus dilakukan untuk menulis naskah
video/televisi pembelajaran yaitu:
-
Mempelajari GBIMV dan JMV
-
Mencari buku referensi yang dianjurkan serta
sumber lain yang barkaitan.
-
Melakukan
riset lapangan, untuk menemukan
aplikasi atau penerapan konsep yang dibahas, sebagai ilustrasi dan adegan yang
akan diambil dalam naskah.
-
Menyusun
identifikasi naskah, sinopsis, dan treatmen (urutan sajian naskah),
kemudian dikonsultasikan kepada ahli materi dan ahli media agar mendapatkan
masukan dari kebenaran aplikasi atau penerapan konsep serta kemenarikannya.
-
Visualisasi ide: sinopsis dan treatmen yang sudah disetujui kemudian dikembangkan dalam
uraian visual dan audio menjadi sebuah naskah. Langkah awal penulisan naskah,
sebaiknya dimulai dari uraian visual dari detik awal hingga akhir dan sebisa
mungkin juga sudah digambarkan durasi dari visual tersebut. Setelah uraian
visual lengkap kemudian dilengkapi dengan audio. Dalam audio meliputi musik, narasi,
sound efeks, direct sound, dll, mulai dari pembuka sampai penutup program.
-
Memilih
format penulisan Naskah. Format
penulisan naskah secara umum ada dua macam yaitu satu kolom dan dua kolom.
Untuk program pembelajaran yang dianjurkan adalah format dua kolom.


- Menentukan format
sajian: format sajian secara umum ada banyak, misalnya: dokumenter,
feature, kuis, news, presenter, naratif, dsb. Pilihlah yang tepat sesuai materi
dan kemenarikan
- Metode
pembelajaran: Naskah video/televisi
pembelajaran sebaiknya ditulis dengan memperhatikan metode pembelajaran. Metode
pembelajaran yang secara umum digunakan yaitu:
Contoh
format sajian program pembelajaran:
NO
|
VISUAL
|
AUDIO
|
SEGMEN
1
|
||
1
|
MUSIK
|
|
2
|
OPENING/BRIGING
(apersepsi)
|
LIVE/MONTAGE
SHOT
|
3
|
SAJIAN
MATERI
|
LIVE
|
4
|
REPETISI
|
LIVE
|
5
|
LATIHAN
|
SOAL
|
6
|
JAWABAN
|
MUSIK
|
7
|
BUMPER
|
|
8
|
BRIGING
|
|
SEGMEN 2
|
Contoh
lengkap naskah satu segmen: terlampir.
-
Pengemasan
secara edutainmen: Hal lain yang harus diperhatikan di dalam menulis
naskah adalah kemenarikan program. Istilah umum untuk program pembelajaran
penyajiannya yaitu secara edutainmen, artinya mendidik dan
menghibur (perlu dan menarik). Untuk membuat menarik ada beberapa cara,
misalnya adanya konflik, lucu, human interes (menyentuh perasaan), bintang,
terkenal, berbeda, mutakhir, dsb.
LANGKAH PRAKTIS (TIP) MENULIS NASKAH:
-
Lihat
indikator dan materi yang akan disajikan.
-
Pilih
format sajian sesuai karakteristik materi yang disajikan (misalnya; game, kuis,
dll)
-
Bumper
Tune dibuat animasi tiga dimensi yang mewakili identitas program.
-
Teaser
(pembuka) berupa adegan yang menggambarkan materi yang akan dibahas atau montage shot (cuplikan gambar), dan bisa
juga dalam bentuk komedi atau tragedi untuk menarik perhatian penonton.
-
Isi bagian
visual dengan perintah deskripsi atau gunakan istilah teknis pertelevisian.
-
Utamakan
visual gerak, berwarna, kalau bisa tiga dimensi, dan detail sesuai narasi
-
Penulisan
Caption harus sesuai kaidah bahasa dan singkat, tidak lebih dari lima baris.
-
Sajikan
materi dengan menarik, jelas, dan mudah diingat penonton.
-
Repetisi
atau pengulangan tidak persis sama dengan sajian materi.
-
Latihan
dibuat dalam bentuk soal tertutup (pilihan ganda), sebagai bentuk penguatan
sajian materi.
-
Kolom
audio diberi musik, sound effect,
dialog, presenter, direct sound, embience,
narator sesuai dengan kebutuhan. Audio sebagai penguat atau penjelasan visual
yang masih belum jelas.
-
Narasi
sebaiknya tidak menggurui, kalimat tidak terputus-putus, bersifat memotivasi,
dialog disesuaikan dengan situasi dan kondisi, kalau presenter sebaiknya
komunikatif, singkat, dll.
-
Dan
lain sebagainya.
6. Pengkajian Naskah
Setiap naskah harus dikaji oleh ahli materi, ahli media, dan ahli bahasa. Ahli materi
mengkaji aspek sajian materi dan aspek pembelajaran. Dari aspek materi
misalnya: kesesuaian materi dengan kurikulum (standar isi) kebenaran,
kecukupan, dan ketepatan pemilihan aplikasi atau contohnya.
Ahli media mengkaji dari aspek penyajian (media),
misalnya: kemenarikan penyampaian materi tersebut sesuai karakteristik media
video, karakteristik pemain, perwatakan, animasi, adegan, konflik, musik, sound
effect, format program, alur program dll. Sedangkan ahli bahasa mengkaji kaidah
dan pilihan kata sesuai dengan karakteristik sasaran.
Ahli bahasa mengkaji dari aspek kebahasaan. Aspek ini meliputi: pilihan kata, penggunaan kalimat,
hubungan antar paragraf, tanda baca, ejaan, dsb.
Khusus untuk naskah bagi pendidikan informal, misalnya
berupa sinetron, kartun, dan sebagainya, perlu juga dikaji oleh ahli psikhologi.
Naskah dinyatakan final dan siap untuk diproduksi apabila
sudah disetujui dan ditandatangani oleh ketiga pengkaji tersebut. Di sinilah
kegiatan akhir dari praproduksi. Naskah
yang sudah dinyatakan final/laik produksi selanjutnya diserahkan kepada
Sutradara untuk diproduksi.
b.
Produksi
Produksi
merupakan tahap selajutnya setelah naskah diterima oleh Produser dan Sutradara.
Untuk menghasilkan gambar dan suara sesuai dengan keinginan penulis naskah,
maka pada tahap ini harus dilakukan berbagai kegiatan, meliputi:
·
Rembuk
Naskah
·
Penentuan
Tim Produksi
·
Casting
(Pencarian Pemain)
·
Hunting
(Pencarian Lokasi Shooting)
·
Cru
Metting (Rapat Tim Produksi)
·
Pengambilan
Gambar
Hasil akhir dari kegiatan produksi
yaitu sekumpulan gambar dan suara dari lapangan yang siap diserahkan kepada
editor untuk dipilih sesuai naskah.
Setelah naskah diterima
oleh Sutradara, untuk melakukan kegiatan produksi, maka langkah-langkah
kegiatan yang dilakukan yaitu :
1.
Rembuk
Naskah (Script Conference)
Setelah Sutradara menerima dan mempelajari naskah, maka
Sutradara meminta kepada Produser untuk
dilakukan rembuk naskah dengan penulis naskah, ahli materi dan ahli
media. Rembuk naskah diperlukan untuk menyamakan persepsi pemahaman terhadap
naskah, sehingga apabila diproduksi diharapkan tidak terjadi kesalahan yang
fatal. Hasil dari rembuk naskah adalah Sutradara memahami naskah dengan baik
sesuai dengan kemauan penulis, pengkaji materi, media, dan bahasa. Dengan
demikian Sutradara akan mengubah naskah menjadi bahasa visual dan audio yang
terintegrasi sehingga menjadi sebuah media pembelajaran yang enak ditonton dan
bermanfaat.
2. Pembentukan
Tim Produksi (Production Crews)
Setelah
Sutradara memahami naskah dengan baik, langkah selanjutnya adalah membentuk Tim Produksi. Tim produksi atau kru produksi, biasa juga
disebut kerabat kerja merupakan sekumpulan orang yang mempunyai profesi atau
keahlian berbeda-beda tetapi setelah disatukan menjadi sebuah tim yang kompak
sehingga menghasilkan sebuah karya yang luar biasa.
Tim produksi dapat berjumlah besar dan
dapat juga kecil, hal ini tergantung dari seberapa kompleks naskah yang akan
diproduksi. Apabila kompleks, rumit, dan besar, maka tim produksinya besar dan
lengkap, sedangkan apabila sederhana dan hanya sedikit yang diproduksi, maka
tim produksinya kecil. Tim produksi yang
besar terdiri dari:
- Produser
- Sutradara +
asisten
- Cameraman + asisten
- Soundman + asisten
- Lightingman + asisten
- Teknisi + Assisten
- VTRman (Juru Rekam)
- Switcherman (Pemadu gambar)
- Floor
Manager
- Unit
Manager/Pimpinan Unit
- Editor + asisten
- Animator
- Penata Musik
- Penata Artistik + asisten
- Penata Rias + asisten
- Pembantu Umum
- Pengemudi
Kolaborasi
professi di atas adalah kondisi ideal dalam sebuah produksi program
video/televisi, hal tersebut sifatnya kondisional. Mereka memiliki tugas yang
berbeda namun harus terintegrasi satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu
mereka harus memiliki kekompakan yang baik, saling melengkapi, dan bekerjasama,
mengingat semua saling ketergantungan agar mendapatkan produk yang berkualitas.
Jika terjadi kekurangan personel maka kadang kala seorang crew bisa memiliki
professi ganda agar pekerjaan dapat tertangani. Kondisi seperti memang dapat dilakukan selama professi rangkap
tersebut tidak berjalan pada waktu yang bersamaan, sebagai contoh cameraman
merangkap editor, hal ini karena editor bekerja pada waktu paska produksi,
Sutradara merangkap Assisten atau tidak ada assisten dsb. Selain itu pula
sebaiknya pemegang rangkap professi tsb benar-benar memiliki kapabilitas yang
memadai baik dari sisi skil maupun kondisi fisik.,.dan sebagainya. Prinsipnya jumlah tim dalam
produksi cukup fleksibel, tergantung kondisi pekerjaan yang dihadapi.
3.
Membuat
Shooting Script
Setelah tim produksi terbentuk dan masing-masing sudah
mempelajari naskah, maka mereka melakukan rapat untuk membuat Shooting
Script/story board (naskah untuk pengambiln gambar) di dalam naskah ini
terdapat gambaran secara lengkap setiap adegan bahkan shot (gambara), misalnya
siapa yang muncul, bagaimana gerakan, di mana posisi obyek, dan melakukan apa,
kemudian di mana posisi kamera dan angle camera serta bagaimana cara
pengambilan gambarnya, apakah secara tilt up, tilt down, follow, atau yang
lain, kemudian di mana lampu dan bagaimana suasana yang ingin diciptakan, dan
masih banyak lagi lainnya. Hal ini dilakukan sesuai dengan tuntutan naskah.
4.
Penyusunan
Anggaran
Penyusunan anggaran disusun berdasarkan pertimbangan
berbagai hal yaitu:
-
Lamanya
syuting
-
Jumlah
tim produksi
-
Lokasi
: di studio, di luar studio, jauh dekatnya dan berapa tempat
-
Pemain
: bintang atau bukan dan jumlahnya
-
Peralatan
yang dipakai
-
Setting
dan properti yang diperlukan.
-
Faktor
kesulitan (stuntman, animasi)
-
Musik
(buat sendiri atau beli hak cipta)
-
Dan
lain sebagainya.
5.
Pemilihan Pemain
(Casting)
Jika suatu program memerlukan pemain, maka pemain harus
dipilih sesuai dengan tuntutan naskah. Kesalahan pemilihan pemain, atau
karakter pemain, menyebabkan kesalahan penyampaian materi atau menjadi tidak
menarik. Pemain merupakan salah satu kunci keberhasilan, memakai bintang atau
tidak harus dipertimbangkan dengan matang, sebab ada untung dan ruginya.
Untungnya yaitu sajian lebih menarik dan orang suka menonton bintang,
kerugiannya biayanya mahal. Bukan bintang harus dipertimbangkan bahwa mereka
betul-betul dapat menjiwai karakter yang dituntut dalam naskah.
6.
Pencarian Lokasi
(Hunting)
Pemilihan lokasi untuk pengambilan gambar harus
dilaksanakan sesuai dengan tuntutan naskah. Kalau ingin mengubah lokasi syuting
demi pertimbangan penghematan, perlu dibicarakan ketika rembuk naskah, atau
jika dimungkinkan karena adanya teknologi (chroma key, virtual, dsb). Kalau
sebab akan berakibat fatal dan ditokal ketika preview. Lokasi syuting dapat dil
luar atau di studio tergantung dari kemudahan dan efektifitas dari pengambilan
gambar dan tuntutan naskah. Sebab semua yang ada di naskah sudah
dipertimbangkan efektifitas untuk penyampaian pesan.
7. Rapat
Tim Produksi (Production Meeting)
Di
dalam pertemuan ini dilakukan diskusi teknis pelaksanaan produksi,
masing-masing profesi menyampaikan persiapan yang sudah dan sedang dilakukan
serta mencari solusi permasalahan yang belum terselesaikan. Alat, bahan, dll
sesuai dengan tugasnya. Di dalam pertemuan ini harus sudah ditemukan:
-
Jadwal
syuting;
-
Dana;
-
Lokasi;
-
Pemain;
-
Perizinan;
-
Kostum
dan make up
-
Kamera;
-
Jenis
lampu;
-
Alat
pendukung;
-
Transportasi,
konsumsi, dan akomodasi;
-
Keamanan;
-
Properties;
-
Musik;
-
dan
lain sebagainya.
8. Setting Lokasi (Blocking
Area /Location Set)
Sebelum
malakukan pengambilan gambar Sutradara bersama sama tim produksi mengadakan penataan
lokasi dan setting properti sesuai yang dibutuhkan dalam naskah. Prosedur ini
berlaku untuk perencanaan shoting baik di dalam
maupun luar studio. Disamping
itu pula penempatan camera(camera blocking) sudah harus tergambarkan dalam
areal ini.
9.
Pengambilan Gambar
Setelah
semua persiapan telah selesai dilakukan, langkah selanjutnya yaitu produksi
atau pengambilan gambar. Kegiatan produksi merupakan kegiatan untuk merubah ide
dalam bentuk naskah ke bentuk gambar dan atau suara. Kegiatan Produksi harus
mencari dan mendapatkan gambar dan atau suara dengan kualitas prima
sesuai yang diinginkan (sesuai Naskah, Shooting Script, Story Board).

c.
Pascaproduksi
Setelah sekumpulan gambar dan suara
diterima oleh editor, maka langkah selanjutnya yaitu tahap pemilihan gambar dan
suara yang terbaik. Gambar dan suara
tersebut kemudian disambung-sambung. Tahap ini cukup panjang, yaitu meliputi:
·
Editing
(Penggabungan dan Pemilihan Gambar)
·
Mixing
(Pengisian Musik)
·
Preview
·
Ujicoba
·
Revisi
§ Distribusi/Penyiaran
Hasil akhir dari kegiatan ini yaitu sebuah media video pembelajaran
yang siap dimanfaatkan oleh siswa dan guru dalam pembelajaran di kelas.
Swain,
D.V. dan Swain, J.R. (1988). Film Scriptwriting : A Practical Manual.
Boston : Focal Press.
Brady,
J. (1981) The Craft of the Screenwriter. New York : Simon &
Schuster.
Blum,
R.A. (1984). Television Writing from Concept to Contract. London :
Focal Press
Comments
Post a Comment