RANGKUMAN BUKU “MITOS JUNALISME”
A. Dua Mazhab
Komunikasi
Komunikasi mengenal dua aliran/mazhab yakni aliran
perpindahan pesan (mazhab transmisi) dan aliran pertukaran makna (mazhab
semiotika). Aliran yang pertama dan tertua adalah aliran penyampaian pesan (transmission of messages). Berkembang
di Amerika Serikat tepatnya sebelum perang dunia II. Komunikasi selalu
diidentikan dengan penyampaian pesan dari komunikator ke komunikan. Elemen
pokok dari aliran transmisi ini adalah komunikator, pesan, media, komunikan,
dan efek. Sedangkan aliran pertukaran makna (production
and exchange of meaning) datang belakangan. Tepatnya setelah perang dunia
II. Ia berkembang di Eropa. Mazhab ini dipopulerkan oleh tokoh seperti James
Carey dan John Fiske. Elemen dasar dari aliran mazhab semiotika di definisikan
sebagai konstruksi dari tanda tanda yang akan memproduksi makna melalui
interaksi dengan audiens/penerima. Prosesnya melibatkan budaya masing – masing
elemen.
B. Konstruksi
Realitas Sosial
Lahirnya
tiga konsep proses dialektis objektivasi, internalisasi, dan eksternalisasi
terjadi karena kenyataan dibangun secara sosial, sehingga sosiologi pengetahuan
harus menganalisis terjadinya kenyataan tersebut. Dalam pengertian tersebut,
setiap individu dalam masyarakat merupakan pihak yang membangun masyarakat,
pengalaman individu tidak bisa di pisahkan dengan gerak dan dinamika
masyarakatnya. Internalisasi merupakan proses ketika masyarakat sebagai
kenyataan subjektif menyiratkan realitas objektif ditafsirkan secara subyektif oleh
setiap individu. Objektivikasi adalah hasil yang digapai (mental dan fisik)
dari eksternalisasi. Realitas objektif itu berbeda dengan kenyataan subjektif
setiap individu. Sedangkan eksternalisasi adalah usaha/ekspresi setiap individu
ke dalam dunia baik mental/fisik. Proses ini ada untuk menguatkan eksistensi
individu dalam masyarakat.
C. Konstruksi
Realitas Media
Teori baru
revisi Berger dan Luckmann dengan tiga terminologi yaitu eksternalisasi,
objektivikasi, internalisasi muncul dikarenakan adanya pengaruh media masa
yaitu internet. Inti dari teori ni terletak pada sirkulasi informasi cepat dan
luas yang disebarkan oleh media massa, sehingga konstruksi sosial akan
berlangsung sangat cepat dan tersebar merata. Realitas yang sudah dibangun oleh
media massa tersebut membentuk opini public, massa cenderung apriori, dan opini
massa cenderung sinis.
D. Bahasa dan
Konstruksi Realitas Media
Bahasa
tutur mengalami perkembangan yaitu bahasa tulisan yang bisa di dokumentasikan.
Oleh sebab itu lumrah bila kini kita mengenal bahasa yang di produksi media
cetak. Melalui bahasa, sebuah peristiwa yang tidak dialami dapat diketahui oleh
orang lain dikarenakan memperoleh berita. Bahasa dalam bentuk berita tidak bisa
bebas dari nilai, Ia di konstruksikan dengan makna – makna tertentu. Ada tiga
jenis makna dalam sebuah proses komunikasi, yaitu makna si penutur, pendengar
dan makna tanda (sign meaning). Gagasan
yang di lontarkan dan menjadi perbincangan khalayak disebut wacana. Tiga
strategi yang digunakan untuk membuat wacana ialah signing, priming, signing.
Wacana yang dikonstuksi media harus dibedah dan dianalisis sehingga akan
terkuak maknanya.
E. Representasi
Makna Media
Representasi
merupakan sebuah tanda yang tidak sama dengan yang sebenarnya. Nyaris sama dengan
pencitraan yaitu proses pembentukan citra melalui proses yang di terima oleh
khalayak baik secara langsung maupun melalui media sosial/media massa. Ada dua
bentuk representasi yang pertama ditampilkan sebagaimana mestinya. Kedua,
bagaimana representasi seorang, satu kelompok, atau gagasan tersebut
ditampilkan melalui kalimat,foto, aksentuasi. Teori pendekatan representasi,
yaitu reflektif, internasional, konstruksionis.
F. Jurnalisme
Online
Kehadiran
internet merubah secara drastis perkembangan media massa. Terlihat dari
transformasi yang sudah lama berlangsung mulai dari surat kabar, buku, film,
radio, televisi dan internet istilah barunya yaitu new media. Dengan adanya perubahan mendasar lahirlah terminology
mengenaskan bernama krisis jurnalisme dimana berita sebagai unsur pokok menjadi
sebuah komoditas dengan begitu berita kehilangan elan vitalnya. Berita
dijadikan alat untuk mrnghasilkan keuangan. Tidak penting lagi memperoduksi
analisis mendalam kalau ujungnya tidak laku, Karena yang penting laku, menghasilkan
laba, dan perusahaan untung.
G. Mitos Jurnalisme
Sebagai Pilar Keempat Demokrasi
Nyaris
semua media memiliki afiliasi hubungan dan kepentingan dengan partai politik
dan bisnis. Dengan begitu media di Indonesia tidak independen dan tidak bis menentukan
dirinya sendiri sebagai media. Media hanya bisa menjadi pilar demokrsi jika
mengambil jarak dan independen dengan tiga jenis kekuasaan yang terdapat pada
lembaga Negara (eksekutif, legislative, yudikatif). Keberadaan media sebagai
salah satu indicator demokrasi adalah sesuatu yang ideal, namun dalam konteks
media yang sehat, independen, dan bertanggung jawab. Dengan demikian harus
diadakan perbedaan antara demokrasi prosedurial dan subtansial.
H. Teks Dan
Wacana Prespektif Teori Kritis
Tiga kunci konsentrasi
penelitian analisis yaitu teks, wacana, konteks. Kegiatan mendeskripsikan teks
dan konteks secara bersama untuk sebuah proses komunikasi adalah hal yang
menjadi perhatian analisis wacana. Analisis wacana merupakan sebuah reaksi
terhadap pendekatan studi linguistic formal yang lebih memperhatikan pada unit
kata, frase, kalimat semata tanpa melihat keterkaitan di antara unsiur lainnya.
Analisis wacana merambah berbagai bidang studi (multidispliner). Politik,
ideology, budaya, sosial, seni.
Ada tiga
pandangan mengenai analisis wacana yaitu mewakili kaum positiveme-empiris,
konstrukstivisme, dan pendekatan kritis. Analisis wacana kritis berkembang
menjadi lima bagian yang pertama analisis bahasa kritis (critical linguistic), analisis wacana pendekatan perancis (French
discource analysis), kognisi sosial (social
cognitive approach), pendekatan perubahan sosial (sosiocutural change analysis) dan pendekatan wacana sejarah (discource historical approaches).
I.
SEMIOTIKA ROLAND BARTHES
Kunci dari
ajaran semiotika Barthes adalah denotasi, konotasi, dan mitos. Denotasi adalah
apa yang digambarkan tanda terhadap sebuah objek, sedangkan konotasi adalah
bagaimana menggambarkannya. Mitos yang dimaksud adalah bagaimana kebudayaan
memahami aspek tentang realitas atau gejala alam. Keseluruhan tanda dalam
denotasi berfungsi sebagai penanda pada konotasi atau mitos. Aspek subjektif
berkaitan dengan kemampuan artistic dan daya kreativitas yang dibentuk oleh
kebudayaan, kepercayaan, mitos, ideologi atau ketidaksadaran itu sendiri.
Kesatuan sebuah eksplanasi tidak bisa didasarkan pada amplutasi salah satu
pendekatan didasarkan pada koordinasi dialektis terhadap ilmu – ilmu yang
digunakan. Sebagai bagian dari semiologi,maka mitos merupakan bagian dari
ideology.
Comments
Post a Comment